Penentuan awal Ramadan
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
hilal Kalender Hijriyah didasarkan pada revolusi
bulan mengelilingi
bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya
hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah rukyah) serta menggunakan metode perhitungan
astronomi (dikenal dengan istilah hisab).
Majelis Ulama Indonesia menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal.
Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyah sementara
Muhammadiyah dan
Persatuan Islam menggunakan hisab sebagai sandaran penentuan hilal.
[5] Perbedaan metode ini menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan hasil penetapan kapan awal dan berakhirnya Ramadan sebagaimana sempat terjadi pada tahun
1998 (1418 H).
Bulan Ramadan di
Indonesia dan
negara dengan penduduk mayoritas Islam pada umumnya dapat dihubungkan dengan meningkatnya
daya beli dan perilaku
konsumtif masyarakat akan barang dan jasa. Di Indonesia sendiri hal ini terkait erat dengan kebiasaan
pemerintah dan perusahaan
swasta untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor dari transportasi, makanan, minuman hingga kebutuhan
rumah tangga. Sehingga tidak jarang tingkat
inflasi pun mencapai titik tertinggi pada periode bulan ini.
[6] Fenomena ini secara kasat mata terlihat dengan menjamurnya para pedagang musiman yang menjajakan berbagai komoditas mulai dari makanan hingga pakaian, di ruang-ruang publik terutama di pinggir jalanan. Di samping juga maraknya penyelenggaraan bazaar baik yang disponsori oleh pemerintah, swasta, organisasi tertentu maupun swadaya masyarakat. Dengan kata lain bulan ramadan membawa
berkah bagi semua umat islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar